Cegah Penyakit Jantung Di Masa Pandemi

    DI MASA pandemi, banyak orang takut memeriksakan diri ke rumah sakit saat ada keluhan. Menurut WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di Indonesia dimana angka kematiannya mencapai 35 persen di tahun 2018. Di seluruh dunia juga menjadi penyebab kematian nomor satu, yaitu mencapai 17,7 juta dari 39,5 juta kematian. Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) nasional berdasarkan Riskesdas 2018 di Indonesia yaitu 15 dari 1.000 atau sekitar 4,2 juta penduduk. Data BPJS menunjukkan tahun 2018, PJK menghabiskan dana sekitar Rp 9,3 triliun.

    Pandemi Covid-19 belum berakhir. Total kasus konfirmasi di Indonesia mencapai 279 ribu orang pada tanggal 28 September 2020. Yang meninggal mencapai 10.473 orang atau lebih dari kapasitas orang dalam satu Stadion Istora Senayan Jakarta. Di Lombok, kasus Covid-19 mencapai 3.285 orang terkonfirmasi, dan yang meninggal 195 orang. Dari data diketahui bahwa 50 persen pasien Covid-19 yang dirawat memiliki penyerta penyakit kardiovaskular sebesar 50 persen, dan sekitar 10,5 persen pasien tersebut meninggal di ruang intensif.

    Tanda-Tanda Penyakit Jantung Koroner

    Jika seseorang memiliki keluhan seperti nyeri dada kiri seperti ditindih, kadang menjalar ke lengan kiri,  bahkan ke punggung, atau ke rahang maka segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Apalagi bila nyeri tersebut tidak kunjung hilang dengan istirahat. Hal tersebut disebabkan adanya penyempitan atau sumbatan pembuluh darah oleh timbunan lemak di dalam arteri koroner. Sehingga aliran darah ke otot jantung jadi menurun. Bila tidak tertangani secara langsung bisa memicu serangan jantung, yang bisa menyebabkan sesak, gangguan irama jantung, bahkan bisa meninggal mendadak.

    Apabila terjadi keluhan di atas, apalagi ada faktor risiko seperti usia di atas 40 tahun untuk laki-laki, atau wanita yang sudah menopause, merokok, hipertensi, diabetes, atau keluarga satu turunan yang meninggal mendadak di usia muda, maka secepatnya segera periksa ke rumah sakit terdekat untuk dievaluasi lebih lanjut.

    Bagaimana Pencegahan Penyakit Jantung Koroner?

    Sebenarnya pencegahan itu tidak sulit. Namun butuh suatu komitmen dan kebiasaan baik. Gaya hidup sehat perlu ditingkatkan dengan perilaku “CERDIK” yaitu Cek kesehatan secara berkala.  Enyahkan asap rokok. Rajin aktivitas fisik. Diet sehat dan seimbang. Istirahat cukup. Kelola stres.

    Juga melakukan pola hidup “PATUH” untuk penyAndang penyakit tidak menular khususnya PJK, yaitu Periksa kesehatan secara rutin. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat. Tetap aktivitas fisik dengan aman. Upayakan diet sehat dan gizi seimbang. Hindari asap rokok, minuman alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.

    Cek Kesehatan Berkala

    Berdasarkan pedoman American Cardiology College / American Heart Association (ACC/AHA) tahun 2019, terdapat beberapa penilaian risiko penyakit kardiovaskular. Di antaranya: apakah ada keluarga dengan riwayat PJK? Laki-laki usia lebih dari 45 tahun atau wanita lebih dari 55 tahun? Apakah Anda merokok atau pernah merokok? Apakah Anda memiliki tekanan darah tinggi? Apakah Anda memiliki kencing manis? Apakah LDL Anda tinggi? Dari penilaian diatas akan distratifikasi dalam suatu tabel apakah orang tersebut memiliki risiko penyakit kardiovaskular rendah, sedang, atau tinggi. Pemeriksaan laboratorium secara berkala utamanya gula darah, kolesterol dapat membantu untuk penilaian risiko tersebut.

    Obat penurun kadar kolesterol diperlukan bila pernah serangan jantung, stroke, pemasangan stent jantung, atau pernah operasi bedah pintas koroner. Berdasar pedoman ACC/AHA, obat tersebut juga diperlukan bila berusia antara 40-75 tahun dan memiliki diabetes melitus atau memiliki risiko PJK dalam 10 tahun ke depan.

    Tekanan darah sebaiknya dipertahankan di bawah 130/80 mmHg. Jika tekanan darah diatas 130-139/80-89 mmHg, maka harus dinilai risiko PJK, termasuk rendah atau bukan. Bila risiko PJK rendah, maka perlu tatalaksana non farmakologi seperti menurunkan berat badan, diet sehat, kurangi asupan garam, program latihan terstruktur, batasi konsumsi alkohol. Namun, bila risiko PJK tinggi,  butuh tatalaksana seperti diatas dan obat penurun tekanan darah.

    Bagaimana menjaga agar tekanan darah normal? Biasakan untuk makan buah dan sayur setiap hari, cek kadar natrium pada label makanan / minuman, pilih makanan yang rendah natrium, dan gunakan air untuk membilas makanan kaleng.

    Orang dengan diabetes melitus tipe 2, harus mengikuti pola makan jantung sehat untuk mengontrol gula darah, mencapai berat badan ideal, dan menurunkan risiko PJK. Bila HbA1C < 7, maka tatalaksana bisa dilanjutkan. Namun bila HbA1C > 7, perlu untuk konsultasi dokter lebih lanjut.

    Enyahkan Asap Rokok

    Usaha untuk berhenti merokok  harus dalam diri sendiri, butuh dukungan keluarga dan orang sekitar. Ada empat hal untuk berhenti merokok yang diadaptasi dari pedoman European Society of Cardiology (ESC) tahun 2017. Pertama, menunda, setidaknya 3 menit atau hingga dorongan untuk merokok berhenti. Hasrat merokok biasanya berakhir dalam 3-5 menit. Kedua, minum air atau jus buah. Ketiga, mengalihkan perhatian, dengan melakukan sesuatu aktivitas yang bermanfaat. Keempat, menarik nafas dalam dari hidung, keluar dari mulut. Hati-hati, waspada untuk perokok pasif.

    Ada suatu tes untuk menilai derajat ketergantungan nikotin, yaitu dengan tes Fagerstorm. Yang dinilai dari tes ini adalah pertama,  seberapa lama Anda mulai merokok setelah bangun tidur di pagi hari? Kedua, apakah mengalami kesulitan menahan rokok saat berada di tempat umum ? ketiga, rokok saat kapan yang paling sulit dihentikan? Apa pagi hari? Keempat, apakah sering merokok di pagi hari? Kelima, apakah masih merokok saat sakit terbaring di tempat tidur? Jika skor 0-1 berarti tingkat kebergantungan sangat rendah, 3-5 menengah, 6-7 tinggi, >8 sangat tinggi. Untuk tatalaksana sangat rendah dan menengah masih bisa diintervensi secara psikologis dan perilaku.

    Rajin Aktivitas Fisik

    Olahraga memiliki banyak manfaat, di bidang kardiovaskular ( penyakit jantung dan pembuluh darah ) dapat menurunkan kejadian hipertensi dan PJK. Di bidang muskuloskeletal, dapat mencegah osteoporosis. Di bidang endokrin, dapat meningkatkan sensitifas insulin, mengurangi obesitas, menurunkan kolesterol LDL, menaikkan kolesterol HDL. Di bidang neurologi (syaraf), dapat meningkatkan fungsi kognitif, mencegah demensia atau kepikunan, menurunkan kecemasan, menurunkan stroke. Di bidang onkologi, dapat menurunkan kanker payudara, kanker prostat, dan kanker usus. Di bidang urologi, dapat meningkatkan seksual.

    Aktivitas fisik disarankan intensitas sedang 150  jam / minggu , bisa terbagi 3-5 kali. Atau intensitas berat 75 menit/ minggu.

    Diet Sehat dan Seimbang

    Untuk pencegahan penyakit kardiovaskular, disarankan memperbanyak asupan sayuran, buah, biji-bijian, dan ikan. Juga mengganti lemak jenuh dengan lemak tidak jenuh. Pilihlah makanan dengan kolesterol dan natrium yang rendah. Usahakan meminimalisasi daging olahan, karbohidrat olahan, dan minuman pemanis. Lemak trans harus dihindari untuk menurunkan risiko PJK. Yang mengandung lemak trans atau lemak jenuh diantaranya produk susu, roti, pizza, fried chicken, burger, dan sebagainya.

    Sehat di Masa Pandemi

    Di masa pandemi, kita harus meningkatkan daya tahan tubuh, melakukan aktivitas fisik dengan intensitas ringan sampai sedang. Cara menentukan intensitas olahraga bisa dengan tes bicara. Bila bisa berjalan dengan bernyanyi adalah intensitas ringan, dan bila berlari namun tidak bisa bernyanyi tapi bisa mengobrol, termasuk intensitas sedang. Lakukan langkah CERDIK lainnya seperti di atas, kelola stres dengan baik. Jangan lupa tetap menggunakan protokol pemerintah saat keluar rumah seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Insya Allah kita terhindari dari penyakit jantung koroner dan terhindar dari infeksi virus Covid-19. Hari jantung sedunia yang jatuh pada tanggal 29 September harus bisa menjadi titik awal yang tepat  untuk hidup sehat. Bila ada keluhan, jangan lupa untuk periksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih dini.